Jadi Pembicara IMBEX 2025, Tri Raharjo Kupas Tuntas Strategi Membangun Love Brands untuk Memenangkan Hati Ibu Milenial
Posted by: Admin 02-12-2025 14:57 WIB
-
-
INFOBRAND.ID, JAKARTA – Gelaran Indonesia Maternity, Baby & Kids Expo (IMBEX) 2025 kembali menjadi magnet bagi industri produk untuk ibu & anak di Tanah Air. Diselenggarakan pada 28–30 November 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, pameran ini menghadirkan ratusan brand terkemuka serta komunitas ibu muda dari berbagai daerah.
Salah satu sesi yang menyedot perhatian peserta adalah paparan dari Tri Raharjo, S.E., M.M., CPR., CDMs., CEO TRAS N CO Indonesia sekaligus Chairman Indonesia Brand Community, yang menyampaikan materi berjudul “Membangun Love Brands: Strategi Brand untuk Memenangkan Hati Ibu Milenial.”
Dalam pemaparannya, Tri Raharjo menjelaskan bahwa love brand adalah hubungan emosional mendalam antara konsumen dan merek, yang ditandai dengan rasa kedekatan, kepercayaan, dan loyalitas yang kuat. Dalam konteks ibu milenial, brand love berperan penting karena kelompok ini menuntut relevansi, transparansi, serta bukti nyata bahwa brand memahami kebutuhan mereka sebagai ibu sekaligus pengelola keuangan keluarga.
“Ibu milenial merupakan kelompok konsumen dengan pengaruh pembelian sangat besar pada kategori produk bayi, anak, dan kebutuhan rumah tangga. Dengan literasi digital yang tinggi, mereka aktif mencari review, membandingkan produk, serta mengandalkan komunitas dan konten edukatif sebelum memutuskan pembelian,” ujanya Tri Raharjo.
Untuk memahami bagaimana sebuah brand bisa begitu dicintai oleh konsumen, Tri Raharjo menjelaskan bahwa brand love memiliki sejumlah dimensi yang menggambarkan kedalaman hubungan antara konsumen dan merek, diantaranya Passion yang menggambarkan antusiasme konsumen terhadap brand, sehingga mereka merasa cocok dan bangga menggunakannya. Affection, rasa suka dan kenyamanan emosional yang muncul dari pengalaman positif dengan brand. Kemudian Attachment, atau hubungan kedekatan yang membuat konsumen merasa ‘terikat’ sehingga sulit berpindah ke merek lain, dan Commitment, bentuk kesetiaan jangka panjang, di mana konsumen tidak hanya membeli, tetapi juga membela dan merekomendasikan brand.
Keempat dimensi ini berfungsi seperti indikator emosional yang menunjukkan seberapa kuat ikatan yang terbentuk. Dengan memahami tiap dimensi, brand dapat mengetahui aspek mana yang harus diperkuat, apakah membangun rasa suka, menciptakan kedekatan, atau mendorong loyalitas jangka panjang.
Oleh karena itu, lanjut Tri Raharjo lagi, dalam memenangkan hati ibu milenial, brand tidak cukup hanya menawarkan produk, tetapi harus membangun kedekatan emosional yang kuat, menjadi problem solver, dan tampil autentik.
Selain itu, Tri Raharjo juga memaparkan fondasi utama dalam membangun brand love, yang meliputi: membangun emotional bonding, menjadikan brand sebagai problem solver, memperkuat brand trust dengan bukti nyata, mengaktifkan mom community sebagai advocate, berkolaborasi dengan mom & family influencer, menghadirkan edukasi berbasis micro-content, mengoptimalkan seluruh digital touchpoints, serta menonjolkan value yang autentik.
“Ketika delapan aspek ini dijalankan secara konsisten, brand tidak hanya masuk dalam consideration set, tetapi benar-benar menempati ruang emosional dalam kehidupan konsumennya,” tegasnya.
Dalam sesi tersebut, Tri Raharjo juga menyoroti perubahan besar perilaku digital masyarakat. Menurut BPS (Susenas 2024), 72,78% penduduk Indonesia telah mengakses internet, meningkat dari 69,21% pada 2023. Pertumbuhan ini juga mendorong pergeseran perilaku belanja ibu milenial, terutama melalui platform e-commerce.
Dia menambahkan, marketplace kini merupakan motor utama e-commerce di Indonesia. Data BPS yang dirilis melalui GNFI menunjukkan nilai transaksi e-commerce tahun 2023 mencapai Rp1.100,87 triliun, berdasarkan survei terhadap lebih dari 40 ribu pelaku usaha di 38 provinsi.
“Dengan tingginya ketergantungan ibu milenial pada konten edukatif (mulai dari video pendek, carousel informatif, hingga tips parenting) brand memiliki peluang besar untuk membangun koneksi emosional yang lebih dalam. Konten edukatif yang relevan dapat menguatkan kepercayaan sekaligus membentuk persepsi bahwa brand benar-benar memahami kebutuhan mereka,” pungkasnya.